Pengalaman baru setahun belakangan ini terjadi saat saya mengajar. Banyak saya temukan dari anak anak didik saya masih belum bisa mengerjakan tugas mereka dengan sempurna. Memang ada yang terlihat dari awal mempunyai skill menggambar atau minat menggambar lebih besar dari yang lain, tetapi bagaimana dengan anak anak yang masih saja tidak mau serius dalam menggambar? Apa masalahnya? Mengapa bisa terjadi? 

Setiap guru harus menyadari bahwa semua anak anak adalah dilahirkan dengan sempurna dan memiliki kelebihan yang berbeda beda. Orang tua juga harus lebih memahami bahwa anak mereka mempunyai keistimewaan dan keajaiban pada anak mereka, Namun sayangnya banyak guru dan orang tua disini masih belum banyak mengerti masalah itu. Kembali kepada anak anak saya yang tadi saya bicarakan di atas, bagi mereka mengerjakan tugas dari saya untuk menggambar sebuah desain setiap minggunya mungkin terasa berat sekali jika tidak dilakukan dengan ikhlas dan sepenuh hati. Jangan heran jika anak anak seperti itu akan menyelesaikan tugas mereka dengan cara yang seadaanya, pokoknya selesai dan tidak sungguh-sungguh. Disatu sisi sebagian kecil dari mereka mengerjakan dengan persiapan yang matang, membuat sketsa awal hingga pewarnaan dan finishing yang detail membuat tugas mereka layak mendapat apresiasi berupa nilai yang bagus.

2 karakter anak tadi tidak bisa dihindari oleh guru. Disinilah guru mendapat tantangan bagaimana membuat anak tersebut bisa lebih menyukai dan semangat untuk mengerjakan tugasnya. Ada 2 hal yang perlu digarisbawahi untuk merubah seseorang agar lebih semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar, Yaitu :

1. Berubah karena sudah merasa (feeling)
Yang pertama, seorang guru harus bisa menunjukkan kepada anak anak untuk merasa bahwa desain itu penting. Mengapa desain itu penting? Oh jelas, kita tidak bisa terlepas dari yang namanya desain mulai kita membuka mata sampai menutup mata kembali, mulai kita bangun sampai kita tidur kembali. Dengan desain kita bisa mendapatkan uang, dengan desain kita bisa hidup dan bahkan dengan desain kita bisa lebih mengenal sang pencipta. Maka dari itu seorang guru harus mampu membuat anak anak merasa bahwa desain itu dibutuhkan dan menghasilkan. Sebagai contoh, pada suatu hari anak saya di kelas tidak mampu dan tidak bisa menggambar karena dia buntu, tidak punya ide dan pastinya tidak semangat. Disini peran guru bukanlah sebagai penyuruh apalagi pemarah karena ketidakmampuan anak tersebut dalam mengerjakan tugas, Guru bukanlah seorang superman yang merubah seorang anak dari yang tidak bisa menggambar menjadi bisa karena perubahan itu terjadi memang karena usaha dan kemauan anak itu sendiri. 

Yang harus dilakukan seorang Guru adalah bagaimana menyemangati anak tersebut dengan menunjukkan tugas tersebut sebenarnya bisa menyenangkan bahkan bisa menjadi uang. Bisa dengan mengajak mereka melihat desain desain yang bagus dan lukisan yang indah di museum atau pameran. Bisa juga menunjukkan bagaimana proses desain pada sebuah industri percetakan atau sablon. Sehingga yang tadinya anak itu tidak bisa berfikir dengan kertas putih yang ada di hadapannya bisa menjadi lebih terbuka dan merasa bahwa "wah ternyata dunia desain itu bagus ya, desain itu ternyata keren juga loh, kalau aku bikin desain bisa dapat uang ya". 

Apabila anak sudah bisa merasa itu semuanya, bahwa desain itu adalah bagian hidup meraka, saya yakin beberapa anak yang tadinya ketika mengerjakan tidak bersemangat bisa lebih menyukai dan semangat lagi untuk bersungguh-sungguh. 

2. Berubah karena sudah berfikir (thingking)
Yang kedua, setelah anak anak merasa bahwa desain itu penting dan ternyata sangat dibutuhkan banyak manusia. Sekarang mulailah Guru untuk membuat anak-anak berfikir bagaimana proses desain itu terjadi. Mengapa harus berfikir? Kita awali dengan bagaimana proses lahirnya manusia dari rahim seorang ibu kemudian menjadi bayi, balita, anak anak, remaja dan terus tumbuh menjadi dewasa. Dibalik peristiwa itu kita menemukan adanya proses yang terjadi dan itu menjelaskan kepada kita bahwa Sang Pencipta secara tidak langsung mengajarkan kepada kita sebuah proses penciptaan yang sempurna, tidak cacat dan tak ada satupun yang sama dalam ciptaannya, semuanya unik dan memiliki perbedaaan. Itulah desain, desain dari sang Maha Kuasa dan sang Pencipta. 

Lantas apa gunanya kita berfikir seperti itu? Disinilah peran Guru lagi lagi menjelaskan dan menyampaikan bahwa sebuah gambar, rancangan atau desain pasti memiliki proses yang berbeda-beda. Setiap anak memiliki proses belajar yang berbeda-beda, memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan kekurangan yang berbeda-beda. Menghargai sebuah proses adalah salah satu cara bagaimana menjadi seorang desainer dan perancang yang baik. Dia bisa berfikir dan mampu untuk memvisualisasikan idenya, bisa membuat analisa yang baik, melakukan percobaan di setiap prosesnya sehingga mengahasilkan desain yang bagus.

Semua itu bisa terjadi jika anak anak mampu berfikir dan terbiasa berfikir kritis (Critical thingking). Hilangkan kebiasaan berfikiran negatif dan harus dirubah dengan positif. Orang banyak tidak berhasil bukan karena mereka tidak bisa dan tidak mampu, akan tetapi orang banyak tidak berhasil karena kebanyakan mengeluh. 
Jadi, intinya seorang guru harus mampu menunjukkan dan menjelaskan bahwa anak-anak harus selalu mencoba berfikir, mengilhami dan menghayati akan sebuah desain. Karena jika mereka sudah merasa bahwa desain itu penting dan sudah berfikir bahwa desain itu butuh proses. Saya yakin anak anak itu ketika mengerjakan tugas pastinya lebih semangat dan dengan senang hati. Anak anak tersebut bisa berubah setidaknya jika guru mereka bisa menjelaskan dan menunjukkan 2 hal ini. Kalaupun disana masih ada kendala dan belum ada perubahan pada anak anak tersebut, jangan jangan Guru tersebut yang belum bisa merasa dan berfikir akan sebuah desain. 
Semoga bermanfaat dan bisa mengambil pelajaran dari pengalaman saya ini. Semangat terus, jangan lelah berkarya, selalau berfikir positif dan, 
Salam #SantriDesainer #RaNggambarAmbyar